Nilai Budaya Pada Daerah Jakarta, Khususnya Betawi
BAB I
Pembuka
1.1 Latar
belakang
Suku
Betawi adalah salah satu suku bangsa Indonesia, penghuni awal Kota Jakarta dan
sekitarnya. Sejarawan Sagiman MD, menyatakatan bahwa eksistensi suku Betawi
telah ada, sejak Zaman Batu Baru (Neoliticum), dimana penduduk asli Betawi
berasal dari Nusa Jawa; orang Jawa, Sunda, dan Madura.Pendapat senada datang
dari Uka Tjandarasasmita yang mengeluarkan monografinya “Jakarta Raya dan Sekitarnya
Dari Zaman Prasejarah Hingga Kerajaan Pajajaran (1977),” mengungkapkan bahwa,
Penduduk Asli Jakarta telah ada pada sekitar tahun 3.500 – 3.000 SM (Sebelum
Masehi). Seni dan Budaya asli Penduduk Jakarta atau Betawi dapat dilihat dari
temuan arkeologis, semisal giwang-giwang yang ditemukan dalam penggalian di
Babelan, Kabupaten Bekasi yang berasal dari abad ke 11 masehi. Selain itu
budaya Betawi juga terjadi dari proses campuran budaya antara suku asli dengan
beragam etnis pendatang atau yang biasa dikenal dengan istilah Mestizo . Sejak
zaman dahulu, wilayah bekas kerajaan Salakanagara, yang kemudian dikenal
sebagai “Kalapa” (Sekarang Jakarta), merupakan wilayah yang menarik pendatang
dari dalam dan luar Nusantara. Percampuran budaya, sudah ada sejak masa
Kepemimpinan Raja Pajajaran, Prabu Surawisesa, dimana Prabu Surawisesa
mengadakan perjanjian dengan Portugal, dari hasil percampuran budaya antara
Penduduk asli, dan Portugal inilah lahir Keroncong Tugu.\
1.2
Tujuan
Untuk
memperkenalkan kebudayaan - kebudayaan baik dari segi wisata, kuliner , seni
krajinan dan sebagainya dari kebudayaan betawi.
BAB II
ISI
Penduduk
asli Betawi berbahasa Kawi (Jawa kuno), dengan menggunakan huruf hanacaraka. Penduduk asli Betawi telah
berdiam di Jakarta, dan sekitarnya sejak Zaman Batu. Sifat campur-aduk dalam
Bahasa Betawi atau Melayu Dialek Jakarta atau Melayu Batavia adalah cerminan
dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai
macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun
kebudayaan asing.
Hingga
kini, masih banyak nama daerah, dan nama sungai yang masih tetap menggunakan
bahasa Sunda, seperti; Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng (yang
berasal dari Cihideung dan kemudian berubah menjadi Cideung, dan tearkhir
menjadi Cideng), dan lain-lain yang masih sesuai dengan penamaan yang
digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik yang saat ini disimpan di
perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.
Dialek
Betawi terbagi atas dua jenis, yaitu dialek Betawi tengah dan dialek Betawi
pinggir. Dialek Betawi tengah umumnya berbunyi “é” sedangkan dialek Betawi
pinggir adalah “a”. Dialek Betawi pusat atau tengah seringkali dianggap sebagai
dialek Betawi sejati, karena berasal dari tempat bermulanya kota Jakarta, yakni
daerah perkampungan Betawi di sekitar Jakarta Kota, Sawah Besar, Tugu,
Cilincing, Kemayoran, Senen, Kramat, hingga batas paling selatan di Meester
(Jatinegara). Dialek Betawi pinggiran mulai dari Jatinegara ke Selatan, Condet,
Jagakarsa, Depok, Rawa Belong, Ciputat hingga ke pinggir selatan dan pinggir
Jawa Barat. Contoh penutur dialek Betawi tengah adalah Benyamin S., Ida Royani
dan Aminah Cendrakasih, karena mereka memang berasal dari daerah Kemayoran dan
Kramat Sentiong.
Sedangkan
contoh penutur dialek Betawi pinggiran adalah Mandra dan Pak Tile. Contoh
paling jelas adalah saat mereka mengucapkan kenape/kenapa” (mengapa). Dialek
Betawi tengah jelas menyebutkan “é”, sedangkan Betawi pinggir bernada “a”.
Dalam
bidang kesenian, orang Betawi memiliki Gambang Kromong yang berasal dari seni
musik Tionghoa, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab,
orkes Samrah berasal dari Melayu, Keroncong Tugu dengan latar belakang
Portugis, dan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an. Saat ini Suku
Betawi terkenal dengan seni Lenong, Gambang Kromong, Rebana Tanjidor, dan
Keroncong. Betawi juga memiliki lagu tradisional seperti “Kicir-kicir”. Seni
tari Betawi merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada
di dalamnya. Contoh: tari Topeng Betawi, Yapong yang dipengaruhi tari Jaipong
Sunda, Cokek dan lain-lain.
Pada
awalnya, seni tari Betawi dipengaruhi budaya Sunda dan Tiongkok, seperti tari
Yapong dengan kostum penari khas pemain Opera Beijing. Drama tradisional
Betawi, antara lain: Lenong, dan Tonil. Pementasan lakon tradisional ini
biasanya menggambarkan kehidupan sehari-hari rakyat Betawi, dengan diselingi
lagu, pantun, lawak, dan lelucon jenaka. Kadang-kadang pemeran lenong dapat
berinteraksi langsung dengan penonton.
Cerita
rakyat.
Cerita
rakyat yang berkembang di Jakarta selain cerita rakyat yang sudah dikenal
seperti Si Pitung, juga dikenal cerita rakyat lain seperti serial si jampang
yang mengisahkan jawara-jawara Betawi, baik dalam perjuangan maupun kehidupannya
yang dikenal “keras”. Selain mengisahkan jawara atau pendekar dunia persilatan,
juga dikenal cerita Nyai Dasima yang menggambarkan kehidupan zaman kolonial.
cerita lainnya ialah Mirah dari Marunda, Murtado Macan Kemayoran, Juragan Boing
dan yang lainnya. Senjata khas Jakarta adalah bendo, atau golok yang
bersarungkan terbuat dari kayu Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam,
tetapi yang menganut agama Kristen; Protestan dan Katolik juga ada namun hanya
sedikit sekali. Di antara suku Betawi yang beragama Kristen, ada yang
menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk lokal dengan
bangsa Portugis. Di Jakarta, orang Betawi sekarang sebagai hasil asimilasi
antar suku bangsa, sebelum era pembangunan orde baru, terbagi atas beberapa
profesi menurut lingkup wilayah (kampung) mereka masing-masing. Asumsi
kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi ini jarang yang berhasil, baik dalam
segi ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Padahal tidak sedikit orang Betawi
yang berhasil. Beberapa dari mereka adalah Muhammad Husni Thamrin, Benyamin
Sueb, dan Fauzi Bowo Gubernur DKI Jakarta (2007 – 2012) . Ada beberapa hal yang
positif dari orang Betawi antara lain jiwa sosial mereka sangat tinggi,
walaupun kadang-kadang dalam beberapa hal terlalu berlebihan, dan cenderung
tendensius.
PENUTUP
Dalam
pembahasan kali ini, dapat di simpulkan jadi budaya yang melekat pada diri
manusia di daerah betawi ada beberapa point yang penting yang merupakan ciri
khas dari daerah ini yaitu :
1. Dialek
Betawi
2. Tari
Betawi
3. Gambang
Kromong
Komentar
Posting Komentar